Susahnya Dapat Teman

Sampai artikel ini terbit, aku masih belum nemuin teman. There is no one align. Ya ampun! Padahal aku sudah merasa cukup usia. Aku belum nemuin orang yang seperti berikut.

Membaca tulisan sampai tuntas. Ketika menulis status panjang lebar di media sosial, blog, atau di mana pun, kira-kira ada nggak sih yang baca tulisan aku sampai tuntas dan memahami maksudnya?

Sayang, saat ini tulisanku sering ditolak. “Nanti kubaca kalau ada waktu.” Dan “waktu” itu nggak pernah datang 😔 Aku yakin itu adalah penolakan secara halus ketimbang bilang “males ah!”

Padahal, sebagian besar isi hatiku kucurahkan dalam bentuk tulisan kalau kesulitan bercerita saat bertemu langsung. Ketika aku curhat, aku malah dikritik.

Tidak menanyai agama. Saat pertama kali bertemu, biasanya aku ditanyai “agamamu apa?” Terus terang aku risih dengan pertanyaan rasis semacam itu. Orang yang menanyai hal semacam itu secara tidak langsung telah menciptakan tembok penghalang antara aku dan dirinya.

Tidak megang hape kalau lagi kumpul. Ada nggak ya yang nggak pegang hape kalau lagi jalan bareng? Biasanya kalau lagi nongkrong pasti pada asyik sendiri sama hape masing-masing.

Bicara dengan rendah hati. Belum nemuin orang yang bicara dengan rendah hati secara tulus. Kalau ada yang ngomong “seperti padi”, aku pengen banget temenan sama dia.

Kesendirian

Entah bagaimana, aku dan temanku ini punya pandangan yang sama tentang asmara. Dulunya kami berteman di dunia nyata. Sekarang hanya bercakap di dunia maya. Aku sungguh merindukannya.

Aku harus memilih dan memilah secara ketat orang-orang yang boleh masuk ke dalam hidupku. Namun, aku akan tetap bersikap ramah kepada siapapun.

Pada akhirnya aku tidak harus memilih seseorang untuk menjadi pasangan hidupku selamanya. Aku tidak punya kewajiban untuk itu. Aku akan baik-baik saja sendirian.

Manusia bukan spesies yang terancam punah. Jadi, kebiasaan tradisional yang mengharuskan seseorang untuk segera menikah dan berkembang biak tidak akan aku ikuti.

Tidak semua orang harus diingat

Hingga sekarang aku masih percaya bahwa orang yang mengasihi dengan tulus akan datang dengan sendirinya.

Makin sedikit orang yang dikenal, makin sedikit masalah yang dihadapi.