Pembaharuan Perangkat Lunak Kehidupan
Muncullah notifikasi dari Semesta, “Beberapa perangkat lunak di otakmu telah usang: sikap, gaya hidup, keyakinan, dan hobi. Pembaharuan tersedia.” Sejak akhir 2019, dia mulai membelakangi teman-temannya. Berlawanan arah. Jika mereka ke kiri, maka dia ke kanan. Jika mereka ke bawah, maka dia ke atas. Dia telah menginstal perangkat lunak versi baru dalam hidupnya. Sistem dalam otaknya telah disusun ulang. Menentang kode sumber genetik dari orang tuanya.
Rasa lapar sering muncul setelah bangun pagi, tapi kopi manis harus disajikan lebih dulu, kemudian boleh menyantap yang lainnya kalau ada. Seperti biasa, saudarinya selalu bangun agak siang kalau sedang libur. Tan akan melaksanakan cuti sekolah dari April sampai Juli. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, cuti sekolah tahun ini agak lama karena sedang ada Pembatasan Sosial Berskala Besar. Jadi, orang-orang akan dikurung di rumahnya masing-masing sampai pengumuman lanjutan dari pemerintah.
Sebangunnya dari tidur, Tan mencuci perabotan kotor. Usainya, dia memasak jamur kuping dan kulat keritip dan, agak aneh memang, dengan sedikit kangkung yang dicabut dari selokan belakang. Er menyadari bahwa dia menyukai jamur kuping, tapi kurang suka dengan kulat keritip karena seratnya agak keras, sehingga sering tersangkut di sela gigi. Belum ada gagasan untuk melunakkan kulat keritip.
Jamur kuping dan kulat keritip telah memancing ingatannya tentang macam-macam sayuran dan jamur-jamuran yang tumbuh di hutan belantara di tempat asalnya. Sayuran dan jamur-jamuran yang tumbuh lebat di hutan itu tidak ditemukan di daerah tempat tinggalnya sekarang.
Semasa kecil, Er gemar berpetualang di hutan mencari sayuran, jamur-jamuran, buah-buahan, kayu bakar, anggrek hutan, dan hal-hal ajaib dari imajinasinya yang gila. Dia terpesona dengan alam. Hingga kini pun masih. Menurutnya, imajinasinya itu tidak perlu dilenyapkan. Mungkin hanya perlu sedikit pembaharuan.
Er masih suka memetik buah masisin dan lemba kalau kembali ke kampungnya. Dia malu-malu mengakui bahwa kegiatan semacam itu terkesan kekanak-kanakan. Jadi, dia melakukannya sembunyi-sembunyi. Baginya, kegiatan itu dapat menjadi pelipur lara. Bahwa mengingat-ngingat masa kecilnya yang sangat bahagia dapat menenangkan hatinya, membangkitkan semangatnya menjalani kehidupan, dan menjernihkan kembali pikirannya.
Hidup harusnya sederhana saja. Bahwa hal remeh-temeh dapat meriangkan hati si kecil Er: peri air, beri liar, menggambar, berenang di sungai jernih, berburu kepiting, mengumpulkan kalisi, dan menampung air dalam jerigen di Mata Air Tanteli.
Tentang Ibunya yang gemar mencubit karena Er bermain sampai senja. Ibunya sering dongkol kalau Er tidak tidur siang. Er sering dihajar habis-habisan kalau Ibunya dongkol. Ibunya menyiapkan rotan yang salah satu ujungnya dibelah empat. Alat itu spesial untuk memukul Er yang bandel. Dia pernah bersiasat untuk menghindari rotan itu dengan cara pulang saat Ibunya tidur. Kadang-kadang strategi itu gagal dan berakhir dengan hadiah rotan juga.
Belakangan Er berpikir bahwa tidur siang adalah sesuatu yang sangat berharga bagi orang dewasa. Bahwa mimpi-mimpi ingin ini-itu ketika dewasa sebenarnya tak selalu menyenangkan hati. Kehidupan anak-anak jauh lebih bahagia ketimbang kehidupan saat menjadi dewasa. Er menarik kesimpulan bahwa harusnya dia tidak perlu tumbuh dewasa. Harusnya dia tetap menjadi anak-anak. Tidak masalah kalau Ibunya gemar mencubit. Barangkali itu adalah bentuk lain dari kasih sayang seorang Ibu.
Dia pernah berpikir bahwa telah terjadi kesalahan rancangan dalam hidupnya. Tuhan mungkin keliru menakar apa-apa saja yang menjadi bahan kehidupan Er. Atau, Tuhan mungkin sudah terlalu tua untuk mengurus kehidupan Er yang remeh. Jadi, kesesalan dalam hidup Er bukan sepenuhnya kesalahannya. Pengikut Isa setuju bahwa sesuatu akan indah pada waktunya. Atau, bisa jadi sebaliknya, akan sedih pada waktunya. Tergantung apakah Er sudah jungkir balik atau belum.
Pada hari Ibunya Er Pergi untuk Selamanya, Tuhan Tanpa Nama melunakkan hati banyak orang, sehingga proses perpisahan berlangsung nyaris tanpa halangan. Perpisahan itu sama sekali tidak diharapkan. Namun, Tuhan buru-buru mengutus Jemputan lantaran kangen berat ingin bertemu Ibunya Er. Tuhan kelihatannya lebih memerlukan bantuan, mungkin karena sudah tua. Er berpikir bahwa Tuhan telah pikun, sehingga sulit untuk bernegosiasi.
Tentang sayuran di hutan, beberapa di antaranya berasa pahit: rua dan tabantal. Ada jenis palem hutan yang batang mudanya diambil. Orang Ngaju menyebutnya singkah nange—biasanya dimasak saat ada acara besar. Rebung hutan berasa lebih lembut ketimbang rebung yang dijual di pasar kota. Jamur-jamuran yang tumbuh di hutan sangat beragam. Jamur yang digemari Er adalah kulat mantawa karena rasanya yang luar biasa gurih.
Menurut Er, sayuran dan jamur-jamur itulah yang berperan penting dalam rahasia umur panjang Orang Ngaju. Singkatnya, dia ingin berumur panjang juga, yaitu dengan menjadi vegetarian. Barangkali vegetarian tingkat awal karena kadang-kadang dia juga menyantap telur dan susu. Jadi, itulah pembaharuan hidupnya yang pertama.
Kemudahan mendapat makanan di hutan membuat Er sangat ingin kembali tinggal di kampung. Dia sungguh ingin menetap di kampung untuk menghindari berkerumun dengan Orang Gila dan mendapat lebih banyak pencerahan.
Semasa kecil, Er ingin sekali tinggal di kota. Menurutnya tinggal di kota itu keren. Dia mulai berubah pikiran setelah mengalami banyak kesulitan ketika tinggal di kota. Menurutnya, tinggal di kota memerlukan banyak uang ketimbang tinggal di kampung. Di kota, seseorang akan segera mengeluarkan uang setelah membuka pintu rumah. Bensin. Parkir. Sayuran. Gas. Pulsa. Seseorang harus tampil menarik di hadapan umum dan rutin mengunggah apa saja di media sosial untuk mencuri perhatian. Er pernah menaruh minat untuk menjadi perhatian di media sosial, tetapi belakangan dia memikir ulang bahwa sebenarnya dia tidak layak untuk menjadi perhatian.
Sementara keinginannya pindah ke kampung masih belum terwujud, dia berusaha untuk memangkas biaya hidupnya di kota. Dia memutuskan untuk berhenti menggunakan media sosial. Dengan begitu, dia tidak perlu membeli paket internet. Kalau orang merasa penting, dia mengharuskan orang untuk menelepon langsung. Tanpa media sosial, Er tidak perlu lagi memikirkan perbandingan hidupnya dengan orang lain. Jadi, itulah pembaharuan hidupnya yang kedua.
Ketika Pembatasan Sosial Berskala Besar diberlakukan, beberapa perusahaan memangkas jumlah karyawan untuk mengurangi beban gaji. Beberapa perusahaan juga mengurangi jumlah hari kerja, salah satunya di tempat Er bekerja. Dia mendapat jatah dua belas hari kerja dalam satu bulan. Secara otomatis jumlah upah yang diterimanya juga berkurang drastis. Sebagai gantinya, Er berdiam diri di rumah selama dia diliburkan secara paksa.
Untuk menghindari rasa bosan, Er lari menyusuri jalan raya hingga enam kilometer bolak-balik. Kalau tidak begitu, dia yakin betul perutnya akan buncit lantaran makan-tidur-makan-tidur. Er menjadi senang lari santai dan yakin kalau kegiatan itu dapat membuatnya lebih baik. Dia menganggapnya sebagai pembaharuan yang baik. Jadi, itulah pembaharuan hidupnya yang ketiga.
Ada banyak hal yang melintas di pikirannya. Pertanyaan-pertanyaan konyol dan nyeleneh kerap berseliweran: (1) Apakah Tuhan itu laki-laki dan punya hasrat seks? (2) Apa yang akan terjadi kalau semut berukuran lebih besar dari manusia? (3) Apa yang akan terjadi kalau manusia adalah ovivar? Untungnya, Er menganggap pertanyaan-pertanyaan itu sebagai hiburan. Sebagai bagian dari keingintahuannya. Beberapa pertanyaannya terjawab melalui tulisan yang diterbitkan di internet.
Er mengurangi frekuensi mengoceh. Omong Kosong dipangkas habis-habisan karena menurutnya hal itu tidak pantas dilakukan oleh pria dewasa. Dia mulai banyak mengheningkan cipta. Tak banyak bersuara. Orang-orang di sekitarnya mengira dia sedang murung. Kemurungan semu itu lantas membuat orang-orang terbiasa. Mereka menganggapnya kalem dan harus diperlakukan spesial.
Er niscaya menjadi sosok yang pendiam, sementara dia sendiri menyebutnya Modus Hening. Beberapa artikel menjelaskan bahwa Er termasuk golongan introvert. Dia lekas lelah saat berkumpul dengan orang-orang yang tidak sejalan dengannya. Berdiam diri di kamar merupakan cara untuk mengisi ulang energinya. Jadi, itulah pembaharuan hidupnya yang keempat.
Buku Surgawi menerakan berbagai janji-janji manis. Kehidupan yang konon jauh lebih baik dari di bumi. Bumi itu rusak dan tua. Kalau mau pergi ke surga, ikuti petunjuk Buku Surgawi. Tak ada jalan pintas menuju surga dari bumi. Barangkali surga berada di planet lain. Kalau begitu, lembaga antariksa akan segera menemukannya.
Petunjuk di Buku Surgawi menetapkan tindakan-tindakan tertentu yang harus dipatuhi. Harus jungkir balik menyembah tuhan, atau menyalakan dupa, atau menyanyi yang indah, atau membenturkan kepala di tembok. Kalau tidak melakukannya, akan dicampakkan ke neraka yang menyala-nyala. Begitulah gambaran ringkas sisi ribet tuhan. Menjanjikan sesuatu yang manis ke manusia karena Ada Maunya. Persis seperti manusia licik yang memuja-muji, bahkan menjadi penjilat, kalau Ada Maunya.
Buku Surgawi menimbulkan kebingungan bagi banyak orang, termasuk Er. Masing-masing Aliran memiliki corak unik, tapi saling menolak satu sama lain. Di sisi lain, orang-orang yang semula mengikuti salah satu Aliran, memutuskan menjadi netral. Er memutuskan untuk menjadi agnostik setelah sempat pindah-pindah Aliran. Namun, dia tidak keberatan mengutip kalimat manis dari Buku Surgawi yang menurutnya keren.
Dia berterus-terang terhadap siapa saja yang baru saja mengenalnya bahwa dia tak mengikuti Aliran apa pun, tapi tidak keberatan kalau diajak berdiri-jongkok-duduk sambil komat-kamit membaca suatu mantra dalam bahasa yang disukai tuhan. Konon, tuhan tidak menguasai semua bahasa. Kelihatannya tuhan tidak punya gawai pintar yang dapat diinstal perangkat lunak penerjemah bahasa seperti Google Translate.
Dengan sikapnya yang luwes terhadap Aliran, dia membuat lelucon tentang peluang masuk surga dari jalur prestasi karena inovasinya mengenai Aliran. Er blak-blakan menyatakan bahwa dirinya meragukan konsep Aliran yang diimpor dari luar negeri sekaligus menolak Aliran produksi dalam negeri. Singkatnya, dia menolak hal-hal mistis. Harusnya kehidupan manusia dibuat sederhana dan universal saja. Hiduplah seperti layaknya manusia. Jadi, itulah pembaharuan hidupnya yang kelima.
Ikhlas itu warnanya hitam pekat tak tembus cahaya, sehingga menutupi segala macam warna. Keikhlasan dapat menelan desas-desus di balik pagar-pagar tetangga. Menampung macam-macam buah bibir yang jatuh dari pohon-pohon yang tumbuh tanpa cahaya. Ketika matahari mulai mengantuk, para wanita (yang penuh perhatian dan peduli terhadap kehidupan) keluar dari sarangnya. Biasanya mereka berkumpul di teras untuk membahas kerumitan kehidupan. Kalau ada detik yang luang, tak ada salahnya untuk membahas betapa malangnya tetangga sebelah. Keluarga Er pernah menjadi perhatian, sebagai tetangga sebelah. Kadang-kadang omongan tetangga memang perlu ditelan bulat-bulat supaya lekas dicerna dan dibuang ke dalam jamban.
Ibunya Er suka bicara dengan volume maksimal, terutama kalau sedang dongkol. Sabel, Ayahnya Er, punya profesi yang membingungkan. Sabel bisa melakukan pekerjaan apa saja yang mengandalkan otot.
Sewaktu Er masih kecil, Sabel sering meninggalkan keluarga. Sabel pernah bekerja di perusahaan pembalakan liar dan tambang lokal yang juga ilegal. Kadang-kadang Sabel ikut berpartisipasi memperbaiki jalan berlumpur dengan menaruh batang pohon atau balok di tengah-tengah lumpur, lalu memortalnya dan menagih biaya dari siapa saja yang lewat memakai kendaraan bermotor.
Er tinggal dengan Ibunya, Hen, dan neneknya (Ibu dari Ibu). Er kadang menjadi pelampiasan atas betapa dongkolnya Hen terhadap Sabel. Kerapkali Hen mendorong Er agar segera menjadi orang dewasa. “Jangan seperti Ayahmu kalau nanti sudah besar.” Hen menegaskan kepada Er bahwa Sabel bukanlah jenis pria idamannya.
Er dan Ibunya menyadap getah karet yang hasilnya dibagi satu banding dua (1:2). Satu untuk mereka, dua untuk pemilik kebun. Kala itu, Er punya semangat yang luar biasa. “Kalau sudah besar nanti, aku mau tinggal di kota. Aku mau sekolah.” Begitulah niatan si kecil Er.
Er pernah mendengar kata-kata yang luar biasa busuk dari mulut orang dewasa.
- Lekaslah mati!
- Dasar orang melarat!
- Semoga kau mati berdarah!
- Semoga kau mati sebagai tumbal setan!
Kemudian hari, dia menambahkan kata-kata tersebut ke dalam basisdata pembendaharaan bahasanya. Kini dia dapat mengucapkan kata-kata berbisa untuk membalas kalau-kalau ada yang mengajak ribut. Jadi, dia tak sungkan untuk menerkam siapa saja yang mencoba mengusiknya. Sebenarnyalah, Er punya DNA kekurangajaran, jauh sebelum dia menginstal perangkat lunak yang baru dalam dirinya. Sebelum pembaruan hidup yang keempat.
Menurutnya, mengeluarkan kata-kata busuk yang terilham dari neraka akan jauh lebih mudah ketimbang berkata-kata manis. Untungnya, dia memilih senyap. Lebih baik menjauh dari orang-orang daripada dekat-dekat. Bersikap netral dan tertutup. Dengan begitu, Er punya lebih sedikit masalah sosial. Dia akan terhindar dari ketidaksukaan seseorang terhadapnya.
Kalau kamu unik, kamu akan mudah dikenal. Begitulah gambaran pendapat Er. Menurutnya, keunikan dirinya sendiri adalah menjadi pasif dalam banyak hal yang tersangkut-paut dengan kegiatan berkerumun. Menjadi hening. Menjadi pemakan sayuran. Lari santai secara rutin di ruas jalan yang sama. Er tak ingin dikenal. Dia malah ingin menjauh, bersembunyi di balik tirai alam. Tersembunyi dari pengetahuan orang-orang. Sebab dia tidak cocok untuk diketahui. Memangnya dia siapa?